Maaf ya baru keliatan hehe.. ini admin baru sempet buat lanjutannya. Semoga kalian menikmati yah ^^
SUPERDAD
Part 2
Hatinya sangat sangat berdebar ketika hampir mendekati teras,
pikirannya sudah macam-macam kali ini. Saat ia berusaha mengintip dari celah
pintu, ternyata pikirannya salah. Seseorang yang tak terduga duduk tenang
sambil menatap langit yang sama sekali tidak ada bintangnya.
Itu… appa! Buat orang kaget saja -.- sedang apa appa
malam-malam begini duduk di teras sendiri?
“Hei Kim Jong Woon!” seru Eun Mi.
“Kau ini tidak sopan sekali dengan ayahmu! Sedang apa disini? Cepat
tidur sana.” Perintah Yesung.
“Appa sedang apa disini?” Eun Mipun membalas tak kalah dari
Yesung. Ia duduk mendekat di sebelah appanya.
“Appa hanya memikirkan ibumu.”
“Eomma? Kenapa appa memikirkannya?”
“Geude, tiba-tiba saja appa merindukannya.” Katanya sambil
menatap langit.
Saat ini aku melihat sisi yang berbeda dari appa, apa wajah
appa yang merindukan eomma seperti ini? Apa appa sangat mencintai eomma? Matanya
sayu melihat langit, raut wajahnya tenang seperti anak kecil yang sedang
tertidur lelap tapi nampak garis kerinduan dimatanya.
“Appa.. eomma itu
seperti apa?”
“Ibumu seorang wanita yang sangat polos, cantik, cerdas tapi
ceroboh. Dia hanya memikirkan orang lain bukan dirinya sendiri. Dia sangat
perhatian, dia tipe ibu rumah tangga. Tapi dia seorang wanita yang kuat
terkadang kalau emosinya meluap dia bisa saja kabur dari rumah sampai 3 hari.”
“Hah? 3 hari? Memangnya gara-gara apa appa?” tanya Eun Mi
penuh penasaran.
“Ya, waktu itu appa lupa dengan ulang tahunnya dan malah tidak
menghubunginya sama sekali. Dia kira appa mengerjainya, tapi appa memang lupa.”
Kata Yesung cengengesan.
“Hih ternyata dari dulu appa memang punya penyakit lupa dengan
ulang tahun! Huuu dasar appa!”
“Maklumlah nak~ hehe. Tahu tidak? Ibumu itu juara renang
nasional! Appa sangat bangga padanya. Dan tubuh atletisnya itu diturunkannya
padamu, aku heran kenapa keahlianku tidak ada yang menurun padamu?”
“Ingat appa, kau menurunkan octopus dancemu padaku -,-“ kata
Eun Mi.
“Oh iya kau benar ‘-‘)7” Yesung polos saja mengatakannya. “Oh
iya ibumu juga sangat suka kalau appa bernyanyi untuknya. Appa ingat setiap
kali ibumu sakit, appa pasti bernyanyi untuknya dan dia pasti berkata ‘Jangan
berhenti sampai aku sembuh Yesung-a’ tapi bernyanyi sepanjang dia sadar itu sangat
menyiksa jadi saat dia sudah tidur appa berhenti bernyanyi. Lalu ibumu…”
Melihat appa bercerita seperti ini, aku yakin eomma sangat
mencintai dia dan appa sangat mencintai eomma. Melihat ekspresinya saja aku
sudah tahu bahwa mereka sangat bahagia. Sebagai sepasang kekasih yang sedang
kasmaran, mungkin cerita ini belum apa-apanya.
“Dan saat appa berpose seperti ini, ibumu selalu bilang…”
“Appa, kenapa eomma bisa meninggal?” Ucapan polos memotong
dari bibir Eun Mi mengalir begitu saja menghentikan Yesung yang sedang
semangatnya berbicara mengenai masa lalunya.
Dia berhenti sejenak, seperti berpikir dan akhirnya suarapun
terdengar. “Saat itu malam musim kemarau, kau masih berumur 9 bulan dan sangat
kyeopta. Appa, kau dan eomma saat itu sedang keluar membeli pempersmu. Waktu itu
kau digendong eommamu yang menunggu appa yang sedang membayar. Saat itu, appa
tak pernah menyadari ada insiden seperti itu menimpa kau dan eommamu.” Yesung
seperti berpikir sejenak, berusaha mengambil nafas yang dalam dan
menghembuskannya. Eun Mi hanya meletakkan kepalanya di tempurung lututnya
serambi memeluk lutut.
“Eommamu dan kau yang sedang menunggu appa tiba-tiba ditabrak
mobil yang melaju kencang malam itu. Menabrak kau dan eommamu sampai kaca
minimarket itu pecah. Ternyata dia tidak berhenti, dia berusaha kabur. Mobil
itu mundur lalu dia… melindas eommamu.”
Kepalaku terangkat begitu saja. Aku menutup mulutku seakan tak
percaya pada apa yang diceritakan oleh appa. Hatiku berdebar-debar, kenapa
kisahnya seperti ini? Sepintas aku melirik appa yang berusaha menekan
perasaannya itu. Terlihat jelas di wajahnya.
“Tapi ada suatu keajaiban menyertai kalian. Kau Kim Eun Mi
tidak terluka sedikitpun, kau hanya menangis kencang. Kau berada di pelukan
eommamu. Eommamu berusaha melindungi kau Eun Mi, dan pada akhirnya dia yang
harus mengalami itu semua.” Kata appa dengan suara parau yang diikuti oleh
tangisan.
Appa? Jangan menangis! Appa tidak boleh menangis! Appa aku
mohon jangan menangis.
Aku tidak tahan melihat dan mendengar appa menangis. Hatiku
serasa takut malam itu. Saat itu tangisanku mulai pecah bersama tangisan appa. Aku
didekap oleh appa, dia tetap menangis begitupula aku. Appa pasti lebih
menderita dari pada aku yang hanya mendengarkan ceritanya saja. Aku tak
menyangka kejadian itu.
Malam itu aku dan appa untuk pertama kalinya menangis bersama,
mengingat kejadian perih malam kemarau itu.
“Eun Mi~a! Eun Mi~a!! cepat turun! Kita sudah sampai!”
bentakan Ryeo Na yang mengagetkanku seketika itu juga aku turun dari bus umum.
“Kau ini kenapa sih? Niat jalan kan?” Tanya Ryeo Na
“Ne, tentu saja. Aku ingin pulang.” Kataku lemas
“Eun Mi~a kau sakit? Kau lemas sekali. Mau kugendong?”
“Ani, gwencanayo~.”
Mataku menangkap sosok gadis mungil yang mencoba menyebrang
untuk mengambil bonekanya yang terjatuh di tengah jalan. Tapi kelihatannya
mustahil, lampu hijau untuk pejalan kaki berkedip dan sebentar lagi truk-truk
besar akan jalan.
“Ya ya! Sedang apa anak itu?!” Ryeo Na juga menyadarinya
Kakiku mulai berlari, berlari secepat yang aku bisa untuk
menjangkau anak itu. Berharap tepat waktu sampai disana.
“Eun Mi~a!!”
Kakiku tiba-tiba berhenti, melihat dan coba mencerna apa yang
baru aku lihat. Gadis kecil itu sudah ditarik orang lain. Ditarik seorang
wanita separuh baya, mendekapnya, memegang wajah kecil itu dengan muka yang
betul-betul takut anaknya tergores sedikit saja.
“Untunglah ibu itu cepat bertindak, kalau tidak aku sudah
tidak tahu berbuat apa.” Ujar Ryeo Na yang tiba-tiba sudah berdiri di samping
Eun Mi.
Menganggap perkataannya menjadi kacang, Ryeo Na melihat Eun Mi
dan mencoba untuk membentaknya. Namun saat lidahnya mulai menjulur, Ryeo Na
membatalkan niatnya. Ia melihat ada yang berbeda dari Eun Mi. Matanya membulat
mengeluarkan air mata. Air mata yang tiba-tiba membasahi pipi Eun Mi sontak
membuat Ryeo Na kaget.
“Eun Mi~a kenapa kau? Kenapa kau menangis?” Ryeo Na sekilas
melihat anak dan ibu itu sudah pergi bergandengan tangan.
“Anak itu tidak apa-apa Eun Mi~a, ibunya sudah
menyelamatkannya.” Ujar Ryeo Na
Tapi sepertinya perkataan Ryeo Na justru memperburuk keadaan. Air
mata itu malah bertambah deras dan memutuskan Eun Mi untuk berlari dan pulang.
Ryeo Na yang saat itu kaget juga ikut berlari mengejar Eun Mi.
Drttt… Drtttt… getar ponsel yang sedari tadi menemani Eun Mi
termenung, entah sudah berapa kali bergetar. Tapi hirauan Eun Mi justru lebih
kuat. Ia tak ingin seorangpun mengganggunya termenung seperti ini. Pikirannya
masih melayang tentang kejadian tadi pagi. Bayangan gadis kecil dan ibunya tadi
mendekamnya erat.
Sebenarnya apa yang sedang aku pikirkan? Aku memikirkan gadis
kecil tadi? Yang benar saja dia kan sudah selamat ditolong ibunya. Ya..
ditolong ibunya.
“Yang benar saja, tadi pagi sudah bolos sekolah. Langsung
masuk kamar, tidak makan malam. Dan sekarang dia ingin membekam dirinya
dikamar?!” teriak Yesung sendiri.
Ia bingung apa yang sedang dilakukan putrinya sejak tadi pagi.
Apa dia habis bertengkar dengan Jung Shin?
Yesung menaiki tangga menuju kamar putrinya. Tulisan ‘Don’t
disturb me!!’ mengganggu matanya. Yesung semakin penasaran apa yang dilakukan
putrinya.
“Eun Mi~a makan malam sudah siap! Ayo cepat turun!”
Namun tak ada jawaban.
“Eun Mi~a kau makan tidak? Appa habiskan nih!”
Tetap hening seperti 30 detik yang lalu.
“Appa taruh makananmu dikulkas ya! Ambil saja kalau lapar!”
Tak ada jawaban lagi.
Sudah lewat sejam anak itu belum turun juga. Ada apa ya? Apa
dia mencoba untuk diet? Padahal dia ceking begitu buat apa diet?
Kini pikiran Yesung sudah merasuk ke hal yang aneh-aneh. Takut
dengan keadaan anaknya, ia naik ke atas dan coba mengintip lubang kunci pintunya.
Tidak terjadi apa-apa tuh, apa dia pingsan didalam?
“Eun Mi~a! Eun Mi~a!” teriak Yesung diselingi gedor-gedor
pintu.
Pintu seketika terbuka, “Appa jangan berteriak-teriak! Aku
masih punya telinga!” bentaknya tepat di muka ayahnya. Lalu menuruni tangga tanpa
menghiraukan ayahnya yang kaget di depan pintu. Tak berapa lama Eun Mi naik
lagi ke kamar, melewati ayahnya yang masih kaget dan menutup pintunya.
“Ya ampun, ada apa dengan anak ini?!” Yesung menghela nafas
dalam.
Mata dan kepalaku berat. Hanya itu yang aku rasakan, oh iya
perasaanku juga berat. Berpikiran dan melamun sepanjang hari kemarin sungguh
membuatku lelah. Hari ini untung libur, aku ingin mengunci diri lagi. Aku tidak
mau melihat diriku ini. Sudah terlalu sakit, appa juga pasti sakit. Dia tidak
menyesal punya anak sepertiku? Apa yang sebenarnya ada dipikirannya? Kenapa
bukan aku yang mati?
Hah~ sudahlah. Aku lelah.
“Ya! Eun Mi~a! ibunya Jung Shin datang! Katanya ada perlu
denganmu!” suara appa terdengar jelas dari bawah.
“Mwo?!” sontakku kaget dan segera terbangun dari tempat tidur.
Ada apa ibunya Jung Shin mencariku? Tidak seperti biasanya. Pikiranku
masih melayang-layang tapi keadaan memaksaku untuk bangun dan bersiap-siap ke
bawah.
“Eun Mi~a, apa kamu mau menemani bibi jogging hari ini? Bibi
tiba-tiba saja ingin jogging bersamamu.” Kata ibu Jung Shin.
“Tentu saja bibi, ayo kita jogging hari ini.” Terlihat senyum
yang memaksa terulas di bibirku. Sungguh sebenarnya aku tidak ingin jogging,
kepala dan perasaanku masih berat. Tapi karena ibu Jung Shin yang meminta pasti
akan kuturuti permintaannya.
“Hari ini sungguh pagi yang cerah ya Eun Mi~a?” Tanya ibu Jung
Shin padaku.
“Geude, sangat menyegarkan.” Balasku.
“Bibi senang bisa jogging bersamamu.” Aku melihat senyum
mengembang dari bibir ahjumma yang begitu kukagumi ini. Rasanya aku senang
sekali. Dan tumben perasaan ini ada. Apa begini rasanya bila jogging bersama
eomma?
Di tengah jalan kebetulan saja aku bertemu dengan istrinya
Heechul Ahjussi. Dia memintaku untuk menemaninya belanja keperluan makanan di
supermarket. Rasanya sangat menyenangkan bisa berbelanja dengan wanita yang
narsis seperti ini. Dia juga mengajakku memasak makanan dirumahnya dan tentu
saja bertemu anak kembar, Hee Joon dan Hee Jin. Mereka adalah kakak kelasku
loh.
Saat perjalanan ke rumah, aku bertemu dengan istrinya Kyuhyun
Ahjussi yang mau mengantarkan Kyu San ke TK. Dan aku tentu saja ingin ikut. Entah
kenapa pagi ini moodku sedikit lebih baik. Melihat Kyu San melambaikan tangan
dan menunjukkan gigi ompongnya padaku dan Kyuhyun Ahjumma, aku tertawa. Dia
lucu sekali~
Moodku juga bertambah lagi setelah istri Donghae Ahjussi
mengajakku berburu pakaian. Donghae Ahjumma sangat antusias mengajakku berbelanja.
Karena ia ingin sekali mengajak anak perempuan berbelanja bersamanya, sayangnya
tiga anaknya laki-laki semua. Ditambah lagi Sungmin Ahjumma mengajakku ke spa. Oh
ini dia yang sangat aku suka, sehabis berbelanja lebih enak membenamkan diri ke
spa. Perasaanku berubah menjadi lebih baik. Hari ini aku sangat senang!
Setibanya dirumah, suasana juga berubah drastis. Sekarang
bukan ulang tahunku, juga bukan ulang tahun apa. Kenapa suasana di dalam riuh
sekali? Aku yang datang bersama Sungmin Ahjumma juga bertanya-tanya.
“Kejutan!!!” teriak semua orang ada di dalam rumahku. Teriakannya
benar-benar terasa disini dari pada teriakan orang-orang di stadion, Gumamku.
Aku benar-benar kaget, seluruh keluarga besar Super Junior ada
disini!
“Eun Mi~a kau pasti lelah, sini sini bibi pijit.” Ujar Eunhyuk
Ahjussi menarik tangan Eun Mi.
“Kami juga sudah mempersiapkan makan malam kali ini Eun Mi~a,
hari ini kita akan berpesta untuk pertandinganmu seminggu lagi!” kata Siwon
Ahjumma.
“Ini coba kimbap buatan bibi.” Siwon Ahjumma menyuguhkan.
“ini bulgoginya Eun Mi~a” Ryeowook Ahjumma tak mau kalah.
“Kali ini kau harus makan yang banyak Eun Mi~a, jangan biarkan
Cho Narim mengalahkanmu!” kata Shindong Ahjumma yang kecil ini.
Eun Mi memakan semua makanan yang dibuatkan ahjumma-ahjumma
tadi dengan lahap. Tak peduli seberapa besar sudah mulutnya melahap makanan
itu. Semua sangat bergembira dia makan sebanyak itu. Disela-sela acara
melahapnya itu, Eun Mi mengeluarkan air mata. Ia tidak percaya dengan apa yang
dilihat, dirasakannya seharian ini.
Apa seperti ini masakan eomma? Kimbab, bulgogi, kimchi. Apa
semua rasanya seperti yang aku makan ini eomma? Rasanya enak, ada ketulusan
dalam pembuatannya, rasanya hangat dan nikmat. Dan tak terasa aku menangis
terlalu banyak, sampai akhirnya aku tersedak.
“Kau tidak apa-apa Eun Mi~a? makannya jangan terburu-buru.” Terdengar
nasehat dari Kangin Ahjumma. Dan segera mengambil air minum untukku. Hal ini
juga sangat menyentuhku. Hal yang ingin dari dulu aku rasakan sekarang telah
aku rasakan.
“Ya! Jangan dihabiskan semua Eun Mi~a! aku belum makan!”
teriak Ryeo Na dari dapur. Kalau gitu sedang apa dia di dapur, dia pasti sudah
dapat makan duluan, gumamku.
Para ahjussi juga menghampiriku dan memohon jangan dihabiskan
makanannya. Kata mereka, mereka tidak diperbolehkan makan sebelum aku yang
memakannya. Aku hanya tertawa di sela-sela terharuku. Entah aku harus berucap
apa, tapi hari ini aku sungguh bahagia. Mungkin perasaan eomma yang belum
sempat tersampaikan, hari ini sudah tersampaikan semua. Aku sudah bisa
merasakan perasaan eomma padaku. Dan aku bahagia.
Yesung melihat putrinya dari kejauhan. Melihat anak
kesayangannya itu menangis bahagia, ia juga dapat merasakan apa yang dirasakan putri
kecilnya itu. Yesung tersenyum, belum pernah ia melihat anaknya sebahagia itu. Senyum
Yesung sangat lebar dan terlihat disana wajah puas. Sesekali ia menangis dalam
senyumnya itu. Tapi ia hanya ingin tersenyum bukan menangis lagi. Ia juga
berterimakasih pada istri partner-partnernya, yang telah bersedia membantunya.
Eun Mi duduk tersenyum di bangku ayunan dan sesekali melihat
langit. Mengingat kejadian tadi, ia tidak berhenti tersenyum. Bagaimana ahjumma-ahjumma
memperlakukan dia dengan baik layaknya seorang putri.
“Ah!” Eun Mi kaget karena di tengah lamunannya, pipinya
tiba-tiba terasa dingin.
“Kenapa tersenyum sendiri?” Tanya Jung Shin yang menyodorkan
cola ke pipi Eun Mi.
“Aku hanya mengingat kejadian tadi oppa, ahjumma-ahjumma itu
sangat lucu. Hihi”
“Geudeyo~, eommaku sangat kyeopta.” Kata Jung Shin sambil
membulatkan matanya. Membuat Eun Mi kembali tersenyum.
“Eommaku sudah tiada.” Ucap Eun Mi tiba-tiba.
“Ne, oppa sudah tahu. Oppa tahu apa yang kau rasakan Eun Mi~a.”
Eun Mi hanya memandang Jung Shin dengan tatapan bingung, ia
heran dengan ucapan Jung Shin.
“Sekarang anggaplah eomma yang mengajakmu jogging, berbelanja dank
e spa tadi adalah eommamu. Kita satu keluarga kan?”
Hatiku mengernyit, tak kusangka oppa mengatakan hal itu. Rasanya
dia mengerti dengan apa yang aku rasakan, dia juga ikut merasakan. Eomma-eomma
yang tadi adalah ibuku..
“Jangan pasang wajah seperti itu. Kau membuatku takut, oppa
hanya ingin kau menganggap mereka keluarga.”
Aku mulai berpikir, mulai mengkhayal. Pikiran dan khayalanku
melayang pada sesosok eomma yang aku rindukan. Mungkin mereka adalah ahjumma
yang berbeda darah denganku, tapi mereka eomma satu hati untukku.
“Ne oppa, mereka semua adalah eommaku!” kataku girang
diselingi tangis haru.
To be continued..