Rabu, 14 November 2012

FF SUPERDAD Part 2

Maaf ya baru keliatan hehe.. ini admin baru sempet buat lanjutannya. Semoga kalian menikmati yah ^^

SUPERDAD 
Part 2

Hatinya sangat sangat berdebar ketika hampir mendekati teras, pikirannya sudah macam-macam kali ini. Saat ia berusaha mengintip dari celah pintu, ternyata pikirannya salah. Seseorang yang tak terduga duduk tenang sambil menatap langit yang sama sekali tidak ada bintangnya.
Itu… appa! Buat orang kaget saja -.- sedang apa appa malam-malam begini duduk di teras sendiri?
“Hei Kim Jong Woon!” seru Eun Mi.
“Kau ini tidak sopan sekali dengan ayahmu! Sedang apa disini? Cepat tidur sana.” Perintah Yesung.
“Appa sedang apa disini?” Eun Mipun membalas tak kalah dari Yesung. Ia duduk mendekat di sebelah appanya.
“Appa hanya memikirkan ibumu.”
“Eomma? Kenapa appa memikirkannya?”
“Geude, tiba-tiba saja appa merindukannya.” Katanya sambil menatap langit.
Saat ini aku melihat sisi yang berbeda dari appa, apa wajah appa yang merindukan eomma seperti ini? Apa appa sangat mencintai eomma? Matanya sayu melihat langit, raut wajahnya tenang seperti anak kecil yang sedang tertidur lelap tapi nampak garis kerinduan dimatanya.
“Appa..  eomma itu seperti apa?”
“Ibumu seorang wanita yang sangat polos, cantik, cerdas tapi ceroboh. Dia hanya memikirkan orang lain bukan dirinya sendiri. Dia sangat perhatian, dia tipe ibu rumah tangga. Tapi dia seorang wanita yang kuat terkadang kalau emosinya meluap dia bisa saja kabur dari rumah sampai 3 hari.”
“Hah? 3 hari? Memangnya gara-gara apa appa?” tanya Eun Mi penuh penasaran. 
“Ya, waktu itu appa lupa dengan ulang tahunnya dan malah tidak menghubunginya sama sekali. Dia kira appa mengerjainya, tapi appa memang lupa.” Kata Yesung cengengesan.
“Hih ternyata dari dulu appa memang punya penyakit lupa dengan ulang tahun! Huuu dasar appa!”
“Maklumlah nak~ hehe. Tahu tidak? Ibumu itu juara renang nasional! Appa sangat bangga padanya. Dan tubuh atletisnya itu diturunkannya padamu, aku heran kenapa keahlianku tidak ada yang menurun padamu?”
“Ingat appa, kau menurunkan octopus dancemu padaku -,-“ kata Eun Mi.
“Oh iya kau benar ‘-‘)7” Yesung polos saja mengatakannya. “Oh iya ibumu juga sangat suka kalau appa bernyanyi untuknya. Appa ingat setiap kali ibumu sakit, appa pasti bernyanyi untuknya dan dia pasti berkata ‘Jangan berhenti sampai aku sembuh Yesung-a’  tapi bernyanyi sepanjang dia sadar itu sangat menyiksa jadi saat dia sudah tidur appa berhenti bernyanyi. Lalu ibumu…”
Melihat appa bercerita seperti ini, aku yakin eomma sangat mencintai dia dan appa sangat mencintai eomma. Melihat ekspresinya saja aku sudah tahu bahwa mereka sangat bahagia. Sebagai sepasang kekasih yang sedang kasmaran, mungkin cerita ini belum apa-apanya.
“Dan saat appa berpose seperti ini, ibumu selalu bilang…”
“Appa, kenapa eomma bisa meninggal?” Ucapan polos memotong dari bibir Eun Mi mengalir begitu saja menghentikan Yesung yang sedang semangatnya berbicara mengenai masa lalunya.
Dia berhenti sejenak, seperti berpikir dan akhirnya suarapun terdengar. “Saat itu malam musim kemarau, kau masih berumur 9 bulan dan sangat kyeopta. Appa, kau dan eomma saat itu sedang keluar membeli pempersmu. Waktu itu kau digendong eommamu yang menunggu appa yang sedang membayar. Saat itu, appa tak pernah menyadari ada insiden seperti itu menimpa kau dan eommamu.” Yesung seperti berpikir sejenak, berusaha mengambil nafas yang dalam dan menghembuskannya. Eun Mi hanya meletakkan kepalanya di tempurung lututnya serambi memeluk lutut.
“Eommamu dan kau yang sedang menunggu appa tiba-tiba ditabrak mobil yang melaju kencang malam itu. Menabrak kau dan eommamu sampai kaca minimarket itu pecah. Ternyata dia tidak berhenti, dia berusaha kabur. Mobil itu mundur lalu dia… melindas eommamu.”
Kepalaku terangkat begitu saja. Aku menutup mulutku seakan tak percaya pada apa yang diceritakan oleh appa. Hatiku berdebar-debar, kenapa kisahnya seperti ini? Sepintas aku melirik appa yang berusaha menekan perasaannya itu. Terlihat jelas di wajahnya.
“Tapi ada suatu keajaiban menyertai kalian. Kau Kim Eun Mi tidak terluka sedikitpun, kau hanya menangis kencang. Kau berada di pelukan eommamu. Eommamu berusaha melindungi kau Eun Mi, dan pada akhirnya dia yang harus mengalami itu semua.” Kata appa dengan suara parau yang diikuti oleh tangisan.
Appa? Jangan menangis! Appa tidak boleh menangis! Appa aku mohon jangan menangis.
Aku tidak tahan melihat dan mendengar appa menangis. Hatiku serasa takut malam itu. Saat itu tangisanku mulai pecah bersama tangisan appa. Aku didekap oleh appa, dia tetap menangis begitupula aku. Appa pasti lebih menderita dari pada aku yang hanya mendengarkan ceritanya saja. Aku tak menyangka kejadian itu.    
Malam itu aku dan appa untuk pertama kalinya menangis bersama, mengingat kejadian perih malam kemarau itu.



“Eun Mi~a! Eun Mi~a!! cepat turun! Kita sudah sampai!” bentakan Ryeo Na yang mengagetkanku seketika itu juga aku turun dari bus umum.
“Kau ini kenapa sih? Niat jalan kan?” Tanya Ryeo Na
“Ne, tentu saja. Aku ingin pulang.” Kataku lemas
“Eun Mi~a kau sakit? Kau lemas sekali. Mau kugendong?”
“Ani, gwencanayo~.”
Mataku menangkap sosok gadis mungil yang mencoba menyebrang untuk mengambil bonekanya yang terjatuh di tengah jalan. Tapi kelihatannya mustahil, lampu hijau untuk pejalan kaki berkedip dan sebentar lagi truk-truk besar akan jalan.
“Ya ya! Sedang apa anak itu?!” Ryeo Na juga menyadarinya
Kakiku mulai berlari, berlari secepat yang aku bisa untuk menjangkau anak itu. Berharap tepat waktu sampai disana.
“Eun Mi~a!!”
Kakiku tiba-tiba berhenti, melihat dan coba mencerna apa yang baru aku lihat. Gadis kecil itu sudah ditarik orang lain. Ditarik seorang wanita separuh baya, mendekapnya, memegang wajah kecil itu dengan muka yang betul-betul takut anaknya tergores sedikit saja.
“Untunglah ibu itu cepat bertindak, kalau tidak aku sudah tidak tahu berbuat apa.” Ujar Ryeo Na yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Eun Mi.
Menganggap perkataannya menjadi kacang, Ryeo Na melihat Eun Mi dan mencoba untuk membentaknya. Namun saat lidahnya mulai menjulur, Ryeo Na membatalkan niatnya. Ia melihat ada yang berbeda dari Eun Mi. Matanya membulat mengeluarkan air mata. Air mata yang tiba-tiba membasahi pipi Eun Mi sontak membuat Ryeo Na kaget.
“Eun Mi~a kenapa kau? Kenapa kau menangis?” Ryeo Na sekilas melihat anak dan ibu itu sudah pergi bergandengan tangan.
“Anak itu tidak apa-apa Eun Mi~a, ibunya sudah menyelamatkannya.” Ujar Ryeo Na
Tapi sepertinya perkataan Ryeo Na justru memperburuk keadaan. Air mata itu malah bertambah deras dan memutuskan Eun Mi untuk berlari dan pulang. Ryeo Na yang saat itu kaget juga ikut berlari mengejar Eun Mi.



Drttt… Drtttt… getar ponsel yang sedari tadi menemani Eun Mi termenung, entah sudah berapa kali bergetar. Tapi hirauan Eun Mi justru lebih kuat. Ia tak ingin seorangpun mengganggunya termenung seperti ini. Pikirannya masih melayang tentang kejadian tadi pagi. Bayangan gadis kecil dan ibunya tadi mendekamnya erat.

Sebenarnya apa yang sedang aku pikirkan? Aku memikirkan gadis kecil tadi? Yang benar saja dia kan sudah selamat ditolong ibunya. Ya.. ditolong ibunya.

“Yang benar saja, tadi pagi sudah bolos sekolah. Langsung masuk kamar, tidak makan malam. Dan sekarang dia ingin membekam dirinya dikamar?!” teriak Yesung sendiri.
Ia bingung apa yang sedang dilakukan putrinya sejak tadi pagi. Apa dia habis bertengkar dengan Jung Shin?
Yesung menaiki tangga menuju kamar putrinya. Tulisan ‘Don’t disturb me!!’ mengganggu matanya. Yesung semakin penasaran apa yang dilakukan putrinya.
“Eun Mi~a makan malam sudah siap! Ayo cepat turun!”
Namun tak ada jawaban.
“Eun Mi~a kau makan tidak? Appa habiskan nih!”
Tetap hening seperti 30 detik yang lalu.
“Appa taruh makananmu dikulkas ya! Ambil saja kalau lapar!”
Tak ada jawaban lagi.

Sudah lewat sejam anak itu belum turun juga. Ada apa ya? Apa dia mencoba untuk diet? Padahal dia ceking begitu buat apa diet?
Kini pikiran Yesung sudah merasuk ke hal yang aneh-aneh. Takut dengan keadaan anaknya, ia naik ke atas dan coba mengintip lubang kunci pintunya.
Tidak terjadi apa-apa tuh, apa dia pingsan didalam?
“Eun Mi~a! Eun Mi~a!” teriak Yesung diselingi gedor-gedor pintu.
Pintu seketika terbuka, “Appa jangan berteriak-teriak! Aku masih punya telinga!” bentaknya tepat di muka ayahnya. Lalu menuruni tangga tanpa menghiraukan ayahnya yang kaget di depan pintu. Tak berapa lama Eun Mi naik lagi ke kamar, melewati ayahnya yang masih kaget dan menutup pintunya.
“Ya ampun, ada apa dengan anak ini?!” Yesung menghela nafas dalam.




Mata dan kepalaku berat. Hanya itu yang aku rasakan, oh iya perasaanku juga berat. Berpikiran dan melamun sepanjang hari kemarin sungguh membuatku lelah. Hari ini untung libur, aku ingin mengunci diri lagi. Aku tidak mau melihat diriku ini. Sudah terlalu sakit, appa juga pasti sakit. Dia tidak menyesal punya anak sepertiku? Apa yang sebenarnya ada dipikirannya? Kenapa bukan aku yang mati?
Hah~ sudahlah. Aku lelah.

“Ya! Eun Mi~a! ibunya Jung Shin datang! Katanya ada perlu denganmu!” suara appa terdengar jelas dari bawah.
“Mwo?!” sontakku kaget dan segera terbangun dari tempat tidur.
Ada apa ibunya Jung Shin mencariku? Tidak seperti biasanya. Pikiranku masih melayang-layang tapi keadaan memaksaku untuk bangun dan bersiap-siap ke bawah.

“Eun Mi~a, apa kamu mau menemani bibi jogging hari ini? Bibi tiba-tiba saja ingin jogging bersamamu.” Kata ibu Jung Shin.
“Tentu saja bibi, ayo kita jogging hari ini.” Terlihat senyum yang memaksa terulas di bibirku. Sungguh sebenarnya aku tidak ingin jogging, kepala dan perasaanku masih berat. Tapi karena ibu Jung Shin yang meminta pasti akan kuturuti permintaannya.

“Hari ini sungguh pagi yang cerah ya Eun Mi~a?” Tanya ibu Jung Shin padaku.
“Geude, sangat menyegarkan.” Balasku.
“Bibi senang bisa jogging bersamamu.” Aku melihat senyum mengembang dari bibir ahjumma yang begitu kukagumi ini. Rasanya aku senang sekali. Dan tumben perasaan ini ada. Apa begini rasanya bila jogging bersama eomma?
Di tengah jalan kebetulan saja aku bertemu dengan istrinya Heechul Ahjussi. Dia memintaku untuk menemaninya belanja keperluan makanan di supermarket. Rasanya sangat menyenangkan bisa berbelanja dengan wanita yang narsis seperti ini. Dia juga mengajakku memasak makanan dirumahnya dan tentu saja bertemu anak kembar, Hee Joon dan Hee Jin. Mereka adalah kakak kelasku loh.
Saat perjalanan ke rumah, aku bertemu dengan istrinya Kyuhyun Ahjussi yang mau mengantarkan Kyu San ke TK. Dan aku tentu saja ingin ikut. Entah kenapa pagi ini moodku sedikit lebih baik. Melihat Kyu San melambaikan tangan dan menunjukkan gigi ompongnya padaku dan Kyuhyun Ahjumma, aku tertawa. Dia lucu sekali~
Moodku juga bertambah lagi setelah istri Donghae Ahjussi mengajakku berburu pakaian. Donghae Ahjumma sangat antusias mengajakku berbelanja. Karena ia ingin sekali mengajak anak perempuan berbelanja bersamanya, sayangnya tiga anaknya laki-laki semua. Ditambah lagi Sungmin Ahjumma mengajakku ke spa. Oh ini dia yang sangat aku suka, sehabis berbelanja lebih enak membenamkan diri ke spa. Perasaanku berubah menjadi lebih baik. Hari ini aku sangat senang!
Setibanya dirumah, suasana juga berubah drastis. Sekarang bukan ulang tahunku, juga bukan ulang tahun apa. Kenapa suasana di dalam riuh sekali? Aku yang datang bersama Sungmin Ahjumma juga bertanya-tanya.

“Kejutan!!!” teriak semua orang ada di dalam rumahku. Teriakannya benar-benar terasa disini dari pada teriakan orang-orang di stadion, Gumamku.
Aku benar-benar kaget, seluruh keluarga besar Super Junior ada disini!

“Eun Mi~a kau pasti lelah, sini sini bibi pijit.” Ujar Eunhyuk Ahjussi menarik tangan Eun Mi.
“Kami juga sudah mempersiapkan makan malam kali ini Eun Mi~a, hari ini kita akan berpesta untuk pertandinganmu seminggu lagi!” kata Siwon Ahjumma.
“Ini coba kimbap buatan bibi.” Siwon Ahjumma menyuguhkan.
“ini bulgoginya Eun Mi~a” Ryeowook Ahjumma tak mau kalah.
“Kali ini kau harus makan yang banyak Eun Mi~a, jangan biarkan Cho Narim mengalahkanmu!” kata Shindong Ahjumma yang kecil ini.

Eun Mi memakan semua makanan yang dibuatkan ahjumma-ahjumma tadi dengan lahap. Tak peduli seberapa besar sudah mulutnya melahap makanan itu. Semua sangat bergembira dia makan sebanyak itu. Disela-sela acara melahapnya itu, Eun Mi mengeluarkan air mata. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihat, dirasakannya seharian ini.

Apa seperti ini masakan eomma? Kimbab, bulgogi, kimchi. Apa semua rasanya seperti yang aku makan ini eomma? Rasanya enak, ada ketulusan dalam pembuatannya, rasanya hangat dan nikmat. Dan tak terasa aku menangis terlalu banyak, sampai akhirnya aku tersedak.

“Kau tidak apa-apa Eun Mi~a? makannya jangan terburu-buru.” Terdengar nasehat dari Kangin Ahjumma. Dan segera mengambil air minum untukku. Hal ini juga sangat menyentuhku. Hal yang ingin dari dulu aku rasakan sekarang telah aku rasakan.

“Ya! Jangan dihabiskan semua Eun Mi~a! aku belum makan!” teriak Ryeo Na dari dapur. Kalau gitu sedang apa dia di dapur, dia pasti sudah dapat makan duluan, gumamku.
Para ahjussi juga menghampiriku dan memohon jangan dihabiskan makanannya. Kata mereka, mereka tidak diperbolehkan makan sebelum aku yang memakannya. Aku hanya tertawa di sela-sela terharuku. Entah aku harus berucap apa, tapi hari ini aku sungguh bahagia. Mungkin perasaan eomma yang belum sempat tersampaikan, hari ini sudah tersampaikan semua. Aku sudah bisa merasakan perasaan eomma padaku. Dan aku bahagia.

Yesung melihat putrinya dari kejauhan. Melihat anak kesayangannya itu menangis bahagia, ia juga dapat merasakan apa yang dirasakan putri kecilnya itu. Yesung tersenyum, belum pernah ia melihat anaknya sebahagia itu. Senyum Yesung sangat lebar dan terlihat disana wajah puas. Sesekali ia menangis dalam senyumnya itu. Tapi ia hanya ingin tersenyum bukan menangis lagi. Ia juga berterimakasih pada istri partner-partnernya, yang telah bersedia membantunya.

Eun Mi duduk tersenyum di bangku ayunan dan sesekali melihat langit. Mengingat kejadian tadi, ia tidak berhenti tersenyum. Bagaimana ahjumma-ahjumma memperlakukan dia dengan baik layaknya seorang putri.
“Ah!” Eun Mi kaget karena di tengah lamunannya, pipinya tiba-tiba terasa dingin.
“Kenapa tersenyum sendiri?” Tanya Jung Shin yang menyodorkan cola ke pipi Eun Mi.
“Aku hanya mengingat kejadian tadi oppa, ahjumma-ahjumma itu sangat lucu. Hihi”
“Geudeyo~, eommaku sangat kyeopta.” Kata Jung Shin sambil membulatkan matanya. Membuat Eun Mi kembali tersenyum.
“Eommaku sudah tiada.” Ucap Eun Mi tiba-tiba.
“Ne, oppa sudah tahu. Oppa tahu apa yang kau rasakan Eun Mi~a.”
Eun Mi hanya memandang Jung Shin dengan tatapan bingung, ia heran dengan ucapan Jung Shin.
“Sekarang anggaplah eomma yang mengajakmu jogging, berbelanja dank e spa tadi adalah eommamu. Kita satu keluarga kan?”
Hatiku mengernyit, tak kusangka oppa mengatakan hal itu. Rasanya dia mengerti dengan apa yang aku rasakan, dia juga ikut merasakan. Eomma-eomma yang tadi adalah ibuku..
“Jangan pasang wajah seperti itu. Kau membuatku takut, oppa hanya ingin kau menganggap mereka keluarga.”
Aku mulai berpikir, mulai mengkhayal. Pikiran dan khayalanku melayang pada sesosok eomma yang aku rindukan. Mungkin mereka adalah ahjumma yang berbeda darah denganku, tapi mereka eomma satu hati untukku.
“Ne oppa, mereka semua adalah eommaku!” kataku girang diselingi tangis haru.  



To be continued..

Kamis, 30 Agustus 2012

FF SUPERDAD Part 1

SUPERDAD


Author: Berilin AJ
Cast: Kim Jong Woon, Kim Eun Mi, Super Junior
Genre: Family
NB: kisah ini terinspirasi dari kisah-kisah superdad yang ada di dunia. Semoga kalian menikmati ^^

            Appa, Ddangkoma, Kkoming tolong doakan aku kali ini ya…

DORRRR!!!!
“Yak baik pemirsa, pistol telah berbunyi pertanda pertandingan telah dimulai. Semua peserta mulai berlari sekencang-kencangnya. Bung Leeteuk bagaimana pendapat anda kali ini?”
“Ya Bung Shindong, sepertinya pertandingan ini akan sangat seru. Kita lihat peserta-peserta kita terlihat segar dan berstamina tentu saja. Apalagi yang bernomor dada 13 dan 15 mereka adalah pelari wanita yang tangguh dalam usia mereka yang terbilang cukup muda.”
“Yap benar sekali Bung Leeteuk, lari dengan jarak 500 meter sepertinya bukan hal yang sulit untuk mereka, kita tunggu saja pemirsa.”
“Bung Shindong bagaimana kalau kita bertaruh saja?”
“Ah? O~ boleh boleh Bung. Saya akan memilih yang bernomor dada 13, kau nomor 15 arasseo?”
“Aa~ geude geude. Yang kalah akan mentraktir anak-anak Suju yang lain *eh? Eh maksud saya mentraktir saya di kedai seberang jalan sana, bagaimana?”
“Tidak masalah Bung Leeteuk, saya pasti menang. Mana pendukungnya Kim Eun Mi??!!”
Kim Eun Mi! Kim Eun Mi! Kim Eun Mi!!! fighting!!! Semua pendukung Eun Mi berdiri dan bersorak setelah mendengar aba-aba dari Bung Shindong.
Bung Leeteukpun tak kalah semangatnya dari Bung Shindong.
“Kita beri tepuk tangan dan bersorak untuk Cho Na Rim!!!” Bung Leeteuk memberi semangat kepada Cho Na Rim. Pendukungnya pun tak kalah hebat dari Kim Eun Mi.
Kini stadion menjadi ricuh karena ulah pendukung Kim Eun Mi dan Cho Na Rim. Penonton sangat antusias menyaksikan mereka berlari.  
“Dari awal pertandingan saja kita lihat dua pelari itu terus memimpin, mereka saling tidak mau mengalah. Pertandingan saat ini berlangsung sangat seru pemirsa!”
“Kita melihat perolehan tempat sementara, tempat pertama masih dengan nomor 15 dan 13, ditempat kedua ada nomor 19 dan ditempat ketiga ada nomor 56.”
“Ditempat keempat bernomor 23 dan ditempat kelima ada nomor 30 pemirsa.”
“Yap benar sekali Bung Leeteuk, tapi pelari-pelari yang lain juga tak kalah hebatnya. Dan.. dan lihat Bung! Sepertinya nomor 13 kelihatan kelelahan, lihat langkahnya mulai melambat dan sekarang nomor 15 memimpin!!”
“Ya! Dan 300 meter telah berlalu bung, sepertinya stamina Kim Eun Mi mulai menurun. Dan sepertinya saya yang akan mendapat makan malam puas! Huahahaha.”
“Eits, tidak semudah itu bung. Lihat, pendukungnya terus memberi semangat. Akankah Kim Eun Mi bangkit lagi?”
“Baiklah, kini nomor 15 memimpin pertandingan ini! Akankah dia berhasil merebut peringkat 1?”
“O..o..o tunggu dulu Bung Leeteuk! Nomor 13! Nomor 13! Dia bangkit lagi!! Dia bangkit lagi pemirsa! Kini nomor 13 dan 15 sejajar dan suasana semakin panas. Apa kau punya cola Bung Leeteuk?”
“Ahhh, tidak ada waktu buat itu! Lihat pemirsa, tinggal 100 meter lagi mereka akan melewati garis finish! Lihat Bung Shindong para penonton kelihatan tegang.”
“Ya! Sepertinya mereka penasaran dengan sang juara bung. Oo.oo.. tinggal 50 meter lagi bung!!”
“Yak, dan saat ini mereka masih sejajar. Tidak ada yang akan mengalah kali ini!”
Suasana stadion begitu tegang hingga pada detik-detik terakhir..
“Yak! Dan akhirnyaaa… Ooooooo!! Mereka berhasil melewati garis finish bung!!”
Penonton dari ujung barat sampai ke ujung timur bersorak ricuh sekaligus bingung dengan calon juara.
“Ya, Bung Shindong. Mereka telah berhasil melewati garis finish. Tapi mereka melewatinya secara bersamaan! Akankah ini seri bung?”
“Tidak tidak, juri kami berhasil memotretnya dan akan segera memberi tahu tentang sang juara.”
Beberapa saat kemudian terdengar ketuk pintu dari ruang komentator, seorang juri membawa selembar foto dan memberikannya kepada Komentator Shindong. Sedangkan Bung Leeteuk khusuk berdoa tentang siapa yang akan menjadi juara kali ini.
Saat menerima lembaran foto itu, Bung Shindong memperlihatkan wajah yang sumringah setengah mampus! Ini pertanda buruk bagi Bung Leeteuk! Kini bibirnya semakin komat-kamit berdoa, ia tak bisa membayangkan dompetnya akan melayang.
“Ya baiklah pemirsa, inilah waktu yang kalian tunggu-tunggu! Pemenangnya adalah..”
Kini Bung Leeteuk menggigit jarinya, mengelap keringat dinginnya, memasang wajah takut dompet melayang!    
“Pemenangnya adalah…Peserta dengan nomor dada.. 13!! KIM EUN MI!!!!”
Saat itu penonton benar-benar histeris dan sorak-sorai mulai terdengar menggawangi stadion. Benar-benar suasana yang dicampur aduk.
Seorang gadis berlari dengan wajah semangat juara memeluk seorang pria yang wajahnya penuh ulasan senyum. Sang gadis terbang berputar sambil memeluk pria itu.
“Appa!! Aku berhasil! Aku berhasil appa!”
“Ne! tentu saja! Kau anak appa!”

“Ya!! Selamat ya Kim Eun Mi! kini dia berhasil merebut juara dari juara bertahan Cho Na Rim yang selama 3 kali berturut-turut menaklukan stadion ini. Bagaimana Bung Leeteuk?”
“Ya setelah kita melihat pertandingannya tadi, terus terang saja saya merasa gugup sekaligus penasaran. Saya pikir Cho Na Rim akan tetap memegang piala emas itu, tapi tak diduga tak disangka Kim Eun Mi berhasil merebutnya! Chukkae Kim Eun Mi! saya sangat terkejut begitu mendengar kau pemenangnya. Cho Na Rim jangan berkecil hati, fighting!!”
“Benar! Mereka berdua adalah kijang super di stadion ini. Sanggup menyihir penonton sampai tegang seperti ini. Sekali lagi selamat Kim Eun Mi! dan sepertinya malam ini aku akan makan puas! Huohohoho!”
“Aa~ ne ne Bung Shindong, aku akan mentraktirmu. Tapi makannya dikira-kira dan jangan ajak Kangin nanti yaa.” Bung Leeteuk cengengesan.
“Ayolahhh hentikan penyakit pelitmu itu hyung! Dan kenapa kalau aku akan mengajak Kangin hyung?”
“Tentu saja nanti porsinya tambah besar! Kau ini bagaimana?!”
Mereka berbacot-bacotan di ruang komentator, sementara penonton lain asyik menertawai mereka.



“Ahhh~ aku kenyang sekali ahjussi! Gamsahamnida!”
“Eo, aku juga Ryeo Na. Acara begini bisa membuatku tambah gemuk!”
“Hei kau menyindirku ya?”
“Ani~ makanya kau kuruskan sedikit badanmu itu.”
“Gwencanayeo! ayahmu dulu juga gemuk sepertimu. Tapi lihat sekarang, dia bahkan yang paling kecil di antara member yang lain. Pasti saat kau dewasa nanti kau juga sama seperti wookie.” Appa Eun Mi menyahut dari dapur.
“Hei! Mataku bergerak sendiri! Kalian membicarakanku ya? Hyung jangan mengataiku di depan anak-anak.” Sahut Ryeowook dari toilet. Ryeowook keluar dari toilet dan berjalan ke arahku sambil berkacak pinggang.
Eun Mi dan Ryeo Na hanya terkekeh melihat kelakuan ahjussi kecil ini.
“Eun Mi~a katakan pada ahjussi, dia berkata apa tentangku?”
Eun Mi hanya tertawa kecil dengan tatapan menggoda ahjussi dan appanya itu. Dan dilanjutkan dengan tertawa terbahak-bahak.
“A~ hyung, kau pasti mengataiku sejelek mungkin sampai Eun Mi~a tertawa seperti itu. Sini aku patahkan lehermu!”
Ryeowook merangkul leher appa Eun Mi dengan satu tangan dan menggoyangnya ke sana kemari. Yesung juga tidak mau kalah, dia mengeluarkan jurus pamungkas yang dipelajari dari Kyuhyun Ahjussi yaitu menggunakan ibu jarinya untuk menyetrum pinggang Ryeowook, alhasil secara reflex pinggul Wookie menghindar dari Yesung lalu mereka tertawa bersama-sama. Eun Mi dan Ryeo na hanya tertawa mengeluarkan air mata.


 “Malam ini sangat dingin ya Eun Mi~a?”
“Ne appa.” Kata seorang gadis kecil menggosok-gosok telapak tangannya.
“Sini appa peluk, wudududu anak appa sudah besar rupanya.” Tersenyum melihat wajah anaknya yang menatapnya heran. “Wae Eun Mi~a?”
“Appa.. eomma dimana? Eomma sedang sibuk ya? Kenapa tidak pernah menelepon kita?” terucap polos dari gadis kecil itu.
Appanya hanya balas menatap lalu tersenyum, dan sekarang matanya basah mengeluarkan air.
“Appa kenapa menangis? Appa jangan menangis.” Katanya sambil mengusap pipi appanya dengan muka bersalah.
“Ani putri appa yang cantik. Eommamu.. eommamu menunggu kita di suatu tempat yang tinggi. Dia menunggu kita disana, dan kita juga pasti akan kesana.”

Brukkkk!!
“Huaaaaaaa.” Seorang gadis kecil memekik dan menangis.
“Eun Mi~a!! tadi kan appa sudah bilang jangan berlari terlalu kencang! Jadi begini kan.”
Melihat putrinya merintih kesakitan dan malah tambah menjerit. Sang appa menggendongnya membawa masuk ke rumah.
“Appa jahat! Kenapa memarahiku?!”   
“Karena kau salah, appa sudah mengingatkanmu tapi kau tidak mau mendengarkan appa. Makanya appa memaharahimu.” Sambil mengobati luka putrinya.
Eun Mi hanya memajukan bibirnya, melipat tangannya, dan membuang muka terhadap appanya. Appanya tertawa melihat tingkah laku putrinya. Ia tak tahan tidak menarik hidung Eun Minya itu.
“Aww! Appa sakit!” sambil memegang hidung dan menatap appanya.
“Itu hukumannya, kalau kau tidak menurut lagi. Dangkkoma akan melayang.” Ancam appanya.
Eun Mi tetap saja membuang mukanya. Ia tak tahan melihat wajah appanya itu, lihat saja kalau aku sudah besar kkoming akan melayang!

“Eun Mi~a apa kau lapar?”
“Eo! Aku sangat lapar.”
“Kalau gitu aku akan memasakkannya untukmu!”
“Jeongmalyo? Appa dan eommamu kemana?”
“Mereka kan sedang belanja sama appamu Eun Mi~a.”
“Aa~ geude, ayo kita masak!” mereka berlari ke dapur.
**
Pintu terbuka terdengar suara mencari nama Eun Mi dan Ryeo Na. Ketiga orang itu mencari anak kesayangan mereka. Eomma Ryeo Na mencari mereka dan sampai ke dapur, tiba-tiba dia memekik kaget melihat dapurnya seperti habis terkena badai.
“Yeobo? Wae??” Tanya Ryeowook panik setengah mati setelah mendengar pekikan istrinya.  Ryeowook dan Yesung segera berlari ke arah istri Ryeowook dan mendapati seluruh dapur hancur lebur.
“Eun Mi!!!!!! Ryeo Na!!!!!!” kedua pria itu berteriak setelah mengetahui siapa pelakunya.


Secerca mentari menusuk bola matanya yang ingin tidur lebih lama lagi, sayangnya matanya tidak bisa menutup lama karena suara memekik appanya. Ia sudah berkeras tidak ingin bangun dan merekatkan selimutnya dan berusaha menutup telinganya. Tetapi hasilnya nihil, Yesung menarik selimutnya dan mulai bernyanyi lagi, sebenarnya bukan bernyanyi tapi marah-marah lebih tepatnya. Pagi-pagi begini sudah bernyanyi yang false bagaimana telingaku akan bertahan hidup appa!
Pada akhirnya aku menyerah juga, dan sekarang aku bangun appa! Jangan bernyanyi lagi! Rutukku. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, membuka mulut selebar mungkin, dan meregangkan otot-otot lenganku. Tadi malam mimpi yang sama, sudah 3 hari ini mimpi tentang appa terus.
Selama 16 tahun ini yang aku tahu hanya appa saja yang membangunkanku, yang memarahiku juga selalu appa. Aku heran kenapa dulu dia bisa jadi superstar, dia kan aneh. Aku tahu dia punya suara yang sekali didengar sudah merinding, aku senang jika appa bernyanyi untukku. Tapi suaranya itu tidak menurun padaku yang diturunkannya malah dance octopusnya itu. Jangan salah dulu aku dan appa sering melakukannya. Bahkan aku rasa aku yang lebih hebat -__-




Tinggal 1 bulan lagi olimpiade kejuaraan lari tingkat nasional! Mulai dari sekarang harus latihan keras.
Eun Mi memantapkan kakinya berlari kecil di sekitar rumahnya ketika matahari akan terlelap. Sesekali dia mengelap keringatnya dengan handuk yang ada di lehernya kemudian dia terus berlari kecil.  
Yesung duduk di luar rumah sambil memegang air botol mineral dan sesekali dia melihat ke arah kiri dan kanan jalan. Ya, ia menunggu gadis kecilnya itu pulang dengan selamat lalu ia ingin memberikan botol itu pada anaknya dan membayangkan betapa puasnya dia minum air dari botol itu.
Tak lama kemudian dia melihat dua sosok, yang satu terlihat seperti menggendong seseorang, dan yang sedang digendong itu terlihat seperti Eun Mi. Eun Mi?
“Eun Mi-a!! apa yang terjadi denganmu?” Yesung segera berlari mendekati kedua orang itu.
“Ani appa, aku hanya terjatuh dan kakiku sedikit keseleo, untung tadi bertemu dengan Jung Shin oppa.”
“Kau ini bagaimana bisa jatuh? Padahal kau hanya jogging. Kau harusnya lebih berhati-hati lagi!” jelas appa mulai menceramahiku.
“Aa~ Jung Shin jeongmal gomawo kau menggendong anakku yang berat ini ya, sekarang turunkan saja dia.” Kata appa sedikit melirikku dan tersenyum pada Jung Shin oppa.
“A~ gwencana ahjussi, biar kugendong dia sampai rumah.”
“Ani, dia ini kuat. Dia hanya mencari alasan supaya bisa digendong olehmu.”
Aku melirik tajam pada appa, appa ini ingin mempermalukanku di depan Jung Shin oppa?!
“Oh, geude. Hahaha, baiklah ahjussi.” Akhirnya Eun Mi diturunkan oleh Jung Shin dan melihat senyum kemenangan appanya.
 Lihat saja nanti aku tidak akan makan malam!


“Eun Mi-a kenapa kau tidak makan?” Tanya appa padaku.
Aku hanya diam saja dengan tampang cemberut, tidak menyentuh nasiku sama sekali meskipun aku sedang kelaparan.
“Baiklah kalau kau tidak mau makan. Appa akan menyimpan makanan ini, kalau kau lapar ambil saja di kulkas ya.” Appa masih melanjutkan makannya.
Dengan tidak berpikir panjang Eun Mi bangkit dari kursinya. Dan langsung menaiki tangga.
“Aku mau tidur.” Katanya diiringi langkah kaki menuju tangga.
“Dasar anak itu, lihat dia mirip sekali denganmu.” Kata Yesung berkata sendiri lalu melanjutkan makannya.    

Kruyukkk~. Suara dentaman merdu yang berasal dari perut gadis yang sedang mencoba untuk tidur tapi tidak bisa. Ia masih saja mencoba untuk tidur tapi rasa lapar menghalanginya untuk tidur.
Sialan, seharusnya tadi aku makan sedikit. Aku lapar sekali.
Apa appa sudah tidur?
Eun Mi menuruni tangga dengan hati-hati, jangan sampai ia membangunkan appanya itu. Lampu dapur sudah gelap dan lampu kamar appa sudah gelap, berarti dia sedang mendengkur. Baiklah sekarang aku akan makan.
Eun Mi mengeluarkan semua makanan yang ada di kulkas, dia sangat bersemangat. Tapi tiba-tiba sebuah bayangan terbesit di matanya. Kenapa lampu teras belum mati? Apa ada orang diluar? Atau jangan-jangan pencuri? Kini pikirannya sudah menjadi-jadi. Perasaannya tiba-tiba menjadi kalut. Ia ingin membangunkan ayahnya tapi ada pikiran yang membuat dirinya tidak jadi membangunkan appanya. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan sendiri mendekati teras rumah. Ia sedikit takut, setelah terus mendekat perasaannya semakin takut, jantungnya berdebar-debar. Dan tongkat baseball sudah tersedia di tangannya. 

to be continued..